Thursday 1 November 2012

Tiga Hari di Hutan Senepis

Selama tiga hari, Jum’at  (19/10) hingga Ahad (21/10), masuk hutan Senepi bersama Polisi Kehutanan Riau, Polda Riau dan anggota Korem 031 Wirabima. Menelusuri kawasan hutan yang berada di perbatasan Dumai dan Rokanhilir memang bukan perjalanan ringan.

Tidak saja mendapatkan kawasan hutan produksi itu yang sudah dikapling-kapling warga untuk ditanami padi dan dijadikan kebun, tim juga menemukan kelompok pengusaha yang mencaplok ratusan hektar hutan. Dengan mengatasnamakan gabungan kelompok tani, mereka menduduki kawasan hutan negera untuk dijadikan perkebunan sawit.

Seperti yang dijumpai tim di Kampung Baru, Kelurahan Batu Teritip, Sungai Sembilan, Dumai. Usai naik pompong 30 menit dan dilanjutkan dengan berjalan kaki selama 1,5 jam, tim mendapatkan kawasan hutan yang sudah ditebas dan bersih.

Di areal yang tampak terbentang lampang, didirikan dua bangunan kayu. Satu bangunan kopel dengan enam petak rumah, lainnya adalah bangunan yang dijadikan kantor. Di sisi lahan yang berada di pinggir kanal tampak berderetan pondok sebagai tempat penyemaian bibit sawit.

Bibit sawit tersemai dan sudah berumur empat bulan pun tidak tanggung-tanggung.  Jumlahnya mencapai 30.000 bibit sawit. Didapatkan tiga orang pekerja di kamp tersebut.

Marjohan Sinaga (42) mengaku sebagai penjaga bibit. Warga yang ber-KTP Bekasi ini mengaku sudah berada di kawasan hutan semenjak April lalu. Dua lainnya adalah Mujiyo (56) dan Lasse (32).

Ketiganya mengaku sebagian pekerja. Mereka mengaku yang menggaji adalah PS, seorang pengusaha yang tinggal di Pematang Siantar, Sumatera Utara. “PS yang mengaji kami. Ia jarang ke sini. Yang sering ke sini pengurus yang tinggal di Dumai, namanya pak Sihotang,” tutur Sinaga yang mengaku digaji Rp1,5 juta.

Dari kamp yang mengatasnamakan gabungan kelompok tani (gapoktan) Tianjung Bersatu ini, tim mengamankan dua chainsaw, peralatan penyiraman bibit serta 6.000 batang bibit sawit.

Berjalan kaki selama 45 menit dari kamp, tim mendapatkan sebuah excavator. Saat anggota tim tiba, dua orang operatornya melarikan diri.

Diutak-atik oleh operator yang dibawa tim, alat berat itu bisa dihidupkan. Hanya saja, peralatan dengan berat puluhan ton itu sangat berisiko untuk dikeluarkan. Kawasan hutan penuh genangan air. Dan hutan lebat pun turun saat anggota tim mengupayakan mengeluarkan mesin tersebut.

“Seperti yang sudah upayakan,sangat berisiko sekali mengeluarkan peralatan ini dari kawasan hutan ini. Dengan berat hati, sementara terpaksa kita tinggalkan,” tutur Zailani, ketua tim razia dari Polhut Dinas Kehutanan Riau.

Pada hari kedua, tim mendapatkan kawasan hutan yang sudah dikapling oleh pengusaha Dumai berinisial As di Kampung Tengah. Di lahan yang dicaplok, ditempatkan sebanyak 25 kepala keluarga (KK) yang sengaja didatangkan dari Sumatera Utara. Mereka mengaku sudah dua tahun berada di kawasan yang masih menjadi sengketa Dumai dengan Rohil itu. Di sini, tim menyita sebuah mesin genset dan sebuah chaisaw.

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...